Sunday, November 2, 2008

Begin With the End in Mind

AKHIR HARUS LEBIH BAIK DARIPADA AWAL

Kalau kemarin adalah awal, maka hari ini bisa menjadi akhir. Kalau hari ini adalah awal besok bisa menjadi akhir. Kalau besok menjadi awal maka lusa bisa menjadi akhir. Agama memberi tuntunan, bahwa hari ini harus lebih baik daripada kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Jika hari ini sama saja dengan kemarin, maka kita tergolong merugi. Jika hari ini lebih buruk daripada kemarin, maka kita tergolong celaka. Dengan kata lain ”akhir” harus lebih baik daipada ”awal”.

Sebenarnya awal dan akhir itu seberapa jauh batasnya? Tidak ada batasnya. Apapun yang kita lakukan selalu ada awalnya dan ada akhirnya. Ketika kita berfikir, ada awalnya lalu ada akhirnya. Ketika kita berbicara dimulai dari awal dan berhenti di akhir. Ketika kita berperilaku, juga berawal dan berakhir. Ketika kita melihat, mendengar dan merasakan, juga ada saat awalnya dan batas akhirnya dalam suatu segmen tertentu. Dan di akhir segmen itulah kita mengukur, menilai dan menyimpulkan apa yang kita peroleh dari satu segmen itu. Apakah lebih baik, sama saja atau bahkan lebih baik daripada kondisi sebelum segmen itu terjadi? Akhir harus selalu lebih baik daripada awal.

Stephen Covey menginspirasi kita dengan istilah “Begin with the End in Mind”. Intinya apapun yang kita lakukan dimulai dengan tahu tujuan akhirnya. Tanpa tahu tujuan akhirnya maka kita tak pernah tahu apakah yang kita lakukan berhasil atau tidak. Agar bisa mengukurnya, maka ukuran dari hasil akhir itu juga harus jelas. Dalam pendekatan NLP dikenal well-formed outcome. Dari segala sisi terlihat suatu keinginan untuk menghasilkan dan meraih yang lebih baik. Akhir yang lebih baik daripada awalnya. Ini menunjukkan bahwa selalu ada dorongan manusiawi yang kemudian dengan akal budi distrukturisasi dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih sistematis untuk mencapai sebuah akhir yang lebih baik daripada awalnya.

Nenek moyang kita berperibahasa: Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Ini mengisyaratkan bahwa akhir harus lebih baik daripada awal. Kalau awalnya sakit maka akhirnya harus senang. Kalau awalnya senang maka akhirnya harus lebih senang.

Allah berfirman: walal aakhirotu khoirun laka minal uulaa

Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.

Ahli tafsir memaknakan bahwa perjuangan-perjuang an (Nabi Muhammad) akan menjumpai kemenangan (keberhasilan) , sedangkan permulaanya penuh dengan kesulitan-kesulitan . Juga ditafsirkan sebagai kehidupan akhirat sebagai akhir lebih baik daripada kehidupan awal di dunia.

Ketika waktu terus berjalan, ketika masa terus berganti dan ketika perubahan terus terjadi, maka perjalanan dari awal menuju akhir terus bergulir. Dimulai dari awal lagi berhenti di akhir. Kembali ke awal lagi, menuju ke akhir lagi. Terus-menerus berjalan sampai mencapai akhir yang benar-benar terakhir. Marilah kita raih ”akhir” yang selalu lebih baik daripada ”awal”. Baik akhir yang ada di antara, terlebih utama akhir yang benar-benar terakhir kelak.

Apapun referensinya, apapun yang menjadi dasar keyakinan kita, ukhrawi atau duniawi, marilah kita niatkan dalam diri dan kita realisasikan dalam perilaku untuk selalu berubah menuju yang lebih baik. Kalau kita selalu berubah lebih baik dalam kehidupan duniawi kita, Insya Allah kelak di hari perhitungan kelakpun kita memperoleh yang lebih baik lagi. Memperoleh yang ”terbaik” di ”akhir” yang ”benar-benar akhir” bagi kita.

by

Abdul Aziez

No comments: